Sudah Terlambat
Ymir merindukan Bertholdt. Dia mengakuinya.
Sejak mereka putus pada sore hari itu, Ymir belum melihatnya lagi. Kabar yang dia dengar, mulai bulan itu akan diadakan kompetisi untuk para mahasiswa berprestasi se-nasional. Perwakilan dari Universitas Paradis adalah Bertholdt, Armin, dan Mikasa. Mereka bertiga memang jarang terlihat akhir-akhir ini karena sedang fokus melakukan persiapan. Mereka libur sejenak dari kegiatan Himapa, dan tidak pernah terlihat berada di dalam markas.
Kesempatan untuk berpapasan pun cukup sulit, karena Ymir dan Bertholdt berbeda jurusan dan gedung perkuliahan. Padahal dengan tubuh sebongsor itu, seharusnya Bertholdt lebih mudah terlihat di kerumunan. Tapi tidak, dia tetap tidak terlihat.
Dan akhirnya, setelah sekian lama, tibalah masa ketika Ymir bisa melihat mantannya lagi dari kejauhan.
Tapi sayang, Ymir melihat sesuatu yang membuatnya terkejut dan… cemburu. Sangat.
Yaitu pada suatu siang ketika dia melihat Bertholdt di parkiran kampus, dan baru keluar dari mobil dengan digandeng oleh seorang wanita. Ya, ada wanita cantik dengan rambut hitam panjang bergelombang, menggandeng pemuda itu. Mereka cocok.
Mereka berjalan bersama menuju lingkungan kampus. Terlihat akrab sekali. Sejak kapan Bertholdt membawa mobil ke lingkungan kampus?
Oh, jadi Bert udah dapet gandengan baru. Good for him.
Tapi apa yang dia katakan untuk dirinya sendiri itu sangat tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya dia rasakan. Matanya terasa hangat dan basah. Dan tanpa dia sadari, kakinya sudah berlari menjauhi lingkungan kampus, menuju kosannya.
Secara kebetulan, ternyata Historia berada di dalam kamar mereka.
“Oh, Ymir? Kamu balik ke kamar juga? Aku ketinggalan map isi banyak kwitansi, nih. Makanya aku balik buat ambil—”
Historia tidak melanjutkan perkataannya karena Ymir sudah berlari ke arahnya dan memeluk gadis mungil itu, sambil berurai air mata.
“Kamu kenapa nangis??”
Meskipun khawatir, tapi Historia tidak memaksanya untuk segera menjelaskan apa yang terjadi. Ketika sudah sedikit tenang, akhirnya Ymir mulai berbicara.
“G-Gue sayang sama lu, Hisu… Sayang banget…”
“Iya, aku tau.”
“Tapi… Gue bingung… Ga ngerti. Waktu sama Bert, gue nyaman. Yang gue rasain itu beda…”
“Oke… Beda kayak gimana?”
“Dia ga kayak cowok-cowok lain yang sering bikin gue ilfeel. Ga pernah gue tunjukin karena tengsin kan ya, tapi sebenernya kalo sama dia tuh, gue seneng terus rasanya. Orangnya perhatian, sering sadar sama hal-hal kecil. Gue ganti parfum atau potong poni dikit aja dia sadar. Terus, dengerin cerita dia itu menyenangkan. Orangnya kan pemalu, tapi kalo ke gue dia seneng ngobrol, topik apaan aja nyambung, pokoknya pinter banget. Terus, dia ga pernah marah… Beberapa kali sering nenangin gue kalo gue kesel sama sesuatu, padahal sambil gue marah-marah dan ngomong kasar tapi dia ga pernah marah balik… Pokoknya sabar banget… Terus, waktu dia nolong gue dengan keluarin gue yang kekunci di gudang Himapa, inget ga sama cerita gue yang tiba-tiba aja malamnya gue mimpi ditolongin sama dia keluar dari mimpi buruk ruang sempit itu? Sejak itu gue ga pernah mimpi kayak gitu lagi... Hisu, gue udah lepasin orang sesempurna itu, orang yang udah menyelamatkan hidup gue... Malah gue putusin…“
“Ymir… Sebanyak itu alasan untuk pertahanin hubungan kalian, tapi kenapa akhirnya kamu pilih putus? Dan kenapa kemarin-kemarin kamu ga ceritain ini ke aku? Kamu cuma bilang kalo kamu pacaran sama dia karena iseng aja, nyari temen buat gantiin aku. Lama-lama kamu bosen sama dia, terus pengen punya waktu sendiri karena kata kamu dia terlalu clingy?”
Ymir merahasiakan cerita bahwa Reiner telah menemuinya dan secara halus menyuruhnya untuk mengakhiri hubungan dengan Bertholdt. Dia tidak mau Historia akan kecewa pada pacarnya itu, walaupun apa yang dilakukannya bukan hal yang salah karena Reiner pun memiliki sahabat yang dia sayangi dan yang ingin dia lindungi.
“Ya pokoknya gue goblok aja waktu itu… Gue insecure, ngerasa ga pantes buat dia. Ga ngerasa bisa sayang sama dia, ga ngerasa bisa balas itu semua. Ngerasa dia pantes dapetin yang lebih baik dari Ymir yang bahkan ga punya nama panjang ini…”
Historia menggosok-gosok punggung Ymir dengan lembut, sambil mempererat pelukannya.
“Semua udah telat. Gue ga bisa balik lagi ke masa itu. Tadi… Gue liat dia gandengan mesra sama cewek lain. Dia udah punya pacar baru, Hisu… Sialnya, gara-gara itulah gue jadi tersadar. Gue pikir yang bisa bikin gue kayak gini cuma lu, Hisu. Tapi ternyata… Gue itu selama ini udah… jatuh cinta sama Bert…”