Permintaan Sahabat
Sudah sekitar 20 menit Reiner mengoceh kepada sahabatnya Bertholdt saat mereka makan siang di kantin kampus. Sampai-sampai dia tidak sadar mie ayamnya sudah mengering dan jadi keras.
“Pernah juga sekitar 2 minggu lalu atau kapan gue lupa, gue nungguin Hisu depan kelasnya. Karena sebelumnya Ymir bilang kalo kelas mereka di situ, jadi gue tunggu aja di depannya. Gue pikir, wah, tumben gue dibantu dia. Gue tunggu di jam-jam mau selesai, taunya pas anak-anak udah bubar semua ga ada tuh Hisu maupun Ymir. Itu kelas ternyata bukan kelas mereka. Aslinya kelas mereka di gedung lain, bukan di situ. Gue dibohongin, jing.”
Bertholdt mendengarkan cerita sahabatnya sambil tertawa-tawa, dan mendapat tepukan keras pada bahunya oleh Reiner.
“Kampret. Sohib lu dikerjain ama tuh nenek lampir malah lu ketawain.”
“Ya anggep aja itu bentuk perjuangan lu, Rei. Kalo gampang dapetinnya nanti malah kurang seru.”
“Iya, sih. Tiga bulan ini gue non-stop deketin Hisu. Walaupun selalu ada Ymir di sampingnya, gue ga pernah gentar. Dan akhirnya, mulai keliatan hasilnya. Kayaknya kalo gue eksekusi secepatnya, gue bakal diterima. Tapi untuk itu, gue butuh bantuan lu, ngab.”
“Apaan?”
“Selama ini gue intens chat-chat-an sama Hisu, sama sesekali teleponan. Tapi, gue belum pernah sekalipun jalan berdua aja sama dia. Pernah sekali doang, tapi ada Ymir. Karena itu gue mau kali ini jalan berdua aja sama Hisu.”
“Terus?”
Reiner mengalungkan lengan besarnya ke bahu Bertholdt.
“Bisa ga besok lu ngajak Ymir jalan?”
“...hah?”
“Satu-satunya cara supaya Ymir ga ngintilin Hisu melulu ya dengan ngalihin perhatian dia. Kalo dia jalan ke tempat lain sama orang lain, perhatiannya ga ke Hisu, kan. Karena itu, gue minta bantuan lu, sob. Besok gue mau ngajak Hisu nge-date sekalian mau nembak dia kalo situasi memungkinkan. Berarti, besok juga gue minta bantuan lu supaya lu ajak Ymir pergi ke mana kek biar dia ga recokin rencana gue.”
“Tapi… kenapa gue?”
“Ya karena lu my Bro. Lagian lu bukannya udah akrab sama dia? Satu biro, kan? Dan sering kerja bareng dia, kan? Bilang aja lu mau diskusiin apa kek gitu.”
Awalnya Bertholdt sedikit berat untuk memenuhi permintaan Reiner yang kali ini. Bukan apa-apa, tapi seumur hidupnya dia tidak pernah mengajak perempuan manapun untuk pergi berdua saja dengannya. Walaupun ini hanyalah seorang Ymir, orang yang sudah cukup akrab dengannya sejak beberapa minggu kenal, tetap saja hal itu membuat Bertholdt gelisah.
Tapi ini adalah kesempatan sahabatnya untuk mendapatkan gadis yang dia idam-idamkan selama ini. Bertholdt tidak tega untuk menghancurkan kesempatan itu. Apalagi dia tahu, Reiner benar-benar tulus menyayangi Hisu.