Permintaan Maaf
Ymir merasa sangat bersalah atas kejadian kemarin. Bayang-bayang wajah sedih Bertholdt selalu menghantui. Akhirnya dia jujur pada Historia sepulangnya sahabat kesayangannya itu ke kosan mereka kemarin. Dan tentu saja, Historia mengomeli Ymir.
“Harusnya kemarin kamu langsung minta maaf saat itu juga, Ymir!”
“Abisnya… gue ga nyangka dia bakal sekecewa itu. Ya tadinya gue pikir itu wajar aja. Dia bakal nerima-nerima aja. Tapi setelah denger dia ngomong gitu… Aduh, langsung ga enak.”
“Kamu selama ini pernah ga sih mikirin perasaan dia?”
“...engga…”
“Ih, Ymir! Terus kamu kenapa pacaran sama dia? Kan kamu yang duluan ajak.”
Hal itu tidak bisa dijawab oleh Ymir. Lebih tepatnya, tidak mau dijawab, apalagi di depan Historia. Yang jelas, Ymir benar-benar merasa bersalah dan berniat untuk meminta maaf hari ini.
Bertholdt dirasakan Ymir sedang menghindari dirinya. Biasanya setiap malam pacarnya akan mengucapkan selamat tidur kepadanya, tapi kemarin tidak dilakukan. Chat yang dikirimkan Ymir tadi pagi juga belum dibalas hingga sekarang. Ymir berusaha untuk mencarinya sendiri di beberapa kelas, tapi Bertholdt belum juga ditemukan. Reiner ketika ditanyai juga tidak yakin keberadaan pemuda itu ada di mana.
Hari semakin siang. Es krim choco mint yang dia beli 1 jam lalu terancam semakin meleleh. Oh iya, jauh sebelum itu dia mendapat info dari Reiner bahwa makanan favorit Bertholdt adalah es krim, terutama yang rasa choco mint. Karena itu, Ymir membeli 1 cup untuk dia sekalian berikan kepada Bertholdt ketika dia meminta maaf nanti.
Lalu akhirnya, Ymir menemukan pacarnya bukan di kelas, kosan, maupun ruang biro. Bertholdt berada di kantin, terlihat sedang mengobrol dengan Connie dan Sasha.
“Bert!” panggil Ymir ke pacarnya sambil melambaikan tangannya. Akhirnya ketemu juga.
“Woi, Ymir! Sombong amat lu cuma nyapa Bert tapi kaga gua ama Sasha!” seru Connie ketika si gadis tomboy setengah berlari ke arah mereka.
“Iya ih, Ymir sombong!” timpal Sasha asal ngikut.
“Bodo amat kalo lu pada, mah.” Ymir melengos lalu mengambil duduk di samping Bertholdt.
“Jangan ganggu, elah! Bertot lagi ngajarin matkul susah inih!”
Percuma, Ymir tidak memperdulikan protes Connie dan mengalihkan perhatian Bertholdt kepadanya.
“Bert. Gue cariin ke mana-mana sampe ke ujung bumi kaga ketemu, taunya di sini.”
“Kamu kenapa ga chat aku aja?”
“Lah, kaga lu bales.”
“Masa?” Bertholdt segera mengecek ponselnya dan baru sadar kondisinya sudah mati. “Oh, iya. Lupa di-charge… Sekarang mati hape aku.”
“Hah? Karena hapenya mati?
“Iya, ternyata. Pantesan kok tumben ga ada notif masuk dari pagi.”
“Jadi… bukan karena ngambek?”
“Ngambek?”
“Karena kejadian kemaren itu, lho… Yang di kebun binatang. Gue… mau minta maaf karena udah ngelakuin hal itu. Gue ga mikirin perasaan lu. Gue salah. Ga ada maksud buat nyakitin lu. Gue minta maaf ya, Bert.”
Bertholdt tertegun sejenak, kemudian tersenyum.
“Kamu cariin aku sampe ke ujung bumi untuk nyampein hal ini?”
Bibir Ymir manyun mendengar pertanyaan Bertholdt yang sedikit menggodanya. Hal itu membuat si pemuda bongsor tergelak.
“Ymir, makasih ya. Aku sebenernya kemarin emang kecewa, tapi setelah dibawa tidur dan bangun tadi pagi, aku udah lupa. Aku ngerti kamu lakuin itu semua karena kamu sayang banget sama Hisu. Ya, kan? Aku sih yang harusnya minta maaf karena kemarin udah sempet bilang pernyataan yang menyinggung dan terkesan menyudutkan Hisu.”
“Tapi… Tetep gue sih yang salah karena udah egois. Mulai sekarang, gue janji ga akan gitu lagi.”
“Ya udah, karena sama-sama minta maaf, kita juga sama-sama saling maafin satu sama lain, yaa.”
Bertholdt mengulurkannya kepada Ymir, yang diterimanya lalu mereka saling berjabat tangan.
“Deal.”
“Ciee Bertot pake aku kamuu,” goda Sasha melihat interaksi Beruyumi barusan. “Mesra banget siih, kayak orang pacaran.”
“Lah, emang pacaran.”
Langsung dijawab oleh Ymir. Mata kedua orang yang duduk di seberang mereka sampai terbelalak. Bertholdt mendengar itu ikut tersipu. Padahal, pacarannya sudah beberapa minggu, tapi mendengar langsung pernyataan dari Ymir ke orang lain membuatnya berbunga-bunga. Hilang sudah rasa kecewa yang baru dia rasakan hari sebelumnya.
“Oh, iyaaa,” Ymir menepuk jidatnya sendiri sebelum merogoh sesuatu dari dalam tasnya. “Gue bawain es krim nih, tapi udah kelamaan jadi meleleh, deh…”
Isi dari cup berwarna hijau muda tutul-tutul hitam itu adalah es krim kesukaan Bertholdt. Dengan senang hati dia menerima pemberian pacarnya.
“Choco mint?? Kok kamu tau favoritku? Aku suka banget ini!”
“Gue kan intel,” canda Ymir. “Tapi sori ya udah meleleh. Udah ga enak pasti.”
“Ga apa-apa, masih enak. Bisa aku minum kalo udah cair.”
“Kalo ga mau, buat gue aja, Bert!” pinta Sasha hendak meraih cup es krim dari genggaman Bertholdt.
“Enak aja. Ini mbak pacar nih yang kasih!” Bertholdt mengangkat tangannya supaya tidak bisa diraih Sasha.
“Najis dah bucin,” Connie menertawakan pemandangan tadi diikuti oleh Ymir.
“Gimana kabarnya Hisu? Udah ketahuan belum penyebab dia suka nangis sebelum tidur itu?” tanya Bertholdt sambil menghirup es krim cair rasa choco mint tadi. “Hmm, enak. Kamu mau?”
“Ga doyan. Rasanya kayak odol,” Ymir menolak, kemudian lanjut menjawab pertanyaan yang sebelumnya. “Udeh. Ternyata, dia itu lagi keranjingan baca fanfic. Dan dia suka bacain fanfic angst dari kapal-kapal dia. Ya elaah.”
“Ya ampun karena fanfic,” tawa Bertholdt sambil geleng-geleng. Kemudian dia menghirup es krimnya lagi sebelum lanjut bertanya, “Fandom mana yang dia ikutin?”
“Kaga ngarti. Kayak kartun gitu, judulnya ‘Serangan Pada Titan’. Katanya seru banget tapi— Bert, makan es krimnya kenapa berantakan, dah.”
Ymir melihat sisa es krim pada sudut bibir pacarnya. Dia mengusap bibir Bertholdt dengan ibu jari, lalu reflek menjilat sisa es krim itu dari jarinya sendiri.
“Ih, bener kan rasa odol.”
Ymir sempat heran kenapa mulut Connie dan Sasha menganga seperti melihat sesuatu yang mengagetkan, dan juga wajah Bertholdt yang menjadi merah. Sampai tidak lama kemudian dia pun sadar dengan apa yang baru saja dia lakukan.
Dia merasakan wajahnya menjadi panas karena malu. Warnanya pun menjadi sama seperti wajah Bertholdt.
“S-sori, Bert! Ga sadar gue, beneran! Ga ada maksud gimana-gimana!”
Ymir nyaris kabur karena malu dengan siulan dan godaan dari Connie dan Sasha, kalau tidak segera ditahan dan diyakinkan oleh Bertholdt bahwa hal itu tidak memalukan dan masih wajar dilakukan.
Sejujurnya, kelakuan dari Ymir barusan membuat Bertholdt merasa gemas. Dan dia semakin sadar, bahwa selama ini dia sudah mulai menaruh perasaan kepada gadis itu.