Niat Move On

Rekrutmen anggota baru untuk Himapa ternyata tidak serumit yang dibayangkan. Dengan sedikit wawancara saja dengan Marco dan Jean, mereka sudah diterima sebagai anggota. Reiner menjadi anggota Departemen Olahraga, sesuai dengan minatnya. Sedangkan Bertholdt menjadi anggota Biro Penelitian dan Pengembangan, seperti Annie.

Mereka berdua juga sudah bertemu dengan Annie. Si gadis pirang menjelaskan bahwa dia merekomendasikan mereka berdua kepada sang Ketua Umum, Armin. Dia mempercayai Annie dan langsung setuju untuk menerima mereka berdua setelah mendengar laporan wawancara dari Marco dan Jean.

Menurut gosip yang beredar, Annie memiliki hubungan spesial dengan sang Ketua Umum. Hampir semua hal yang direkomendasikan oleh Annie pasti dikabulkan olehnya. Mereka juga sering terlihat berdiskusi berdua.

Bertholdt beranggapan, mana mungkin dia bisa menyaingi Armin? Pemuda itu memang lebih pendek tubuhnya daripada Bertholdt. Tapi, hal-hal lainnya sudah jelas mengalahkannya. Armin secara akademis tidak perlu diragukan lagi. Dia juga jago berorasi, sangat persuasif, percaya diri, dan mau mengambil resiko. Hal-hal itu yang tidak ada pada diri Bertholdt. Mungkin karena itulah, Annie menyukai Armin.

Oke, itu baru gosip. Tapi masuk akal bila dia tidak akan bisa mengalahkan Armin untuk mendapatkan Annie. Memikirkannya saja sudah bisa membuat Bertholdt pundung seharian. Padahal baru saja dia menjadi anggota himpunan, tapi dia merasa menyesal sudah ikut. Karena, bisa saja dia akan melihat pemandangan yang tidak mengenakkan hatinya setiap kegiatan himpunan, yaitu kedekatan Annie dan Armin.

Seperti langsung mengerti kegelisahan hati Bertholdt, Reiner menepuk pundak si bongsor. Saat itu mereka sedang berjalan menuju gedung perkuliahan untuk mengikuti kuliah di jam siang.

“Lu mikirin perkataan Annie tadi, ya?”

“Iya… Kalo bisa sampai kasih rekomendasi langsung ke Ketua Umum gitu, berarti mereka deket banget, kan?”

“Iya sih, mereka deket sejak beberapa bulan lalu kayaknya, karena temen sejurusan Annie si Mikasa itu sahabatnya Armin.”

“Rei, menurut lu, gue mesti gimana?”

“Gimana apanya?”

“Gimana sama perasaan gue ke Annie.”

“Ya menurut lu aja gimana? Lu mau ga memperjuangkan perasaan lu ke dia? Gue liat selama ini lu takut ambil resiko. Lu ga mau ngerusak persahabatan kalian, padahal lu ga tau reaksi Annie bakal kayak gimana kalo lu nembak dia.”

“Iya, sih. Tapi gue ini kan di-friendzone sama dia. Brotherzone, malah.”

“Yaudah kalo lu yakinnya begitu, ya ikhlasin aja dia sama Armin. Gue bilang sih mending lu cari cewek lain deh. Masih banyak kok di luaran sana yang bisa lu pilih. Kayak gue nih mesti lu contoh, akhirnya udah berhasil move on dari mantan gue dulu setelah ketemu Historia.”

“Ga gampang Bro buat move on. Apalagi gue naksirnya udah lama banget.”

“Karena lu ga ada niatan bener-bener untuk move on dari Annie. Bener, ga? Coba deh sekarang lu pelan-pelan ikhlasin dan mulai cari gebetan baru. Lu tuh banyak yang ngefans. Buka donk hati lu.”

“Haha, siapa juga yang bisa ngefans sama cowo cupu kayak gue ini.”

“Lah dia ga percaya. Makanya gaul lah biar pandangan lu lebih luas. Nih dengan lu bergabung ke Himapa, itu udah langkah awal yang bagus. Siapa tau lu nemu jodoh di situ. Kayak gue.”

“Yakin banget lu jodoh lu beneran Historia?”

“1000% yakin. Lu liat ya nanti, gue pasti bisa dapetin Historia. Coming soon.”

“Haha, iya deh.”

Bertholdt berusaha meresapi nasihat Reiner untuk move on dari Annie. Sahabatnya itu benar. Bila dia merasa tidak ada kesempatan untuk mendapatkan Annie, baiknya dia segera mencari pengganti. Tapi, siapa gadis selain Annie yang bisa membuatnya termehek-mehek? Memangnya ada?