Nguping

Biasanya, Reiner makan siang di kantin kampus dengan Historia, atau dengan Bertholdt, atau berempat sekalian dengan Historia, Bertholdt, dan Ymir seperti layaknya double date. Namun saat itu dia terpaksa makan sendirian. Pacarnya sedang ada kegiatan khusus Pengurus Inti Himapa. Sedangkan sahabatnya sibuk mengerjakan tugas kelompok bersama yang lain di perpustakaan.

Sambil membawa makanan, Reiner memilih tempat duduk yang sedikit di pojokan. Ketika baru awal mulai makan, dia mendengar suara-suara yang familiar di dekatnya. Ternyata suara itu adalah milik Connie, Sasha, dan Ymir. Karena dia juga akrab dengan mereka, Reiner sudah hampir mengangkat piringnya untuk pindah duduk ke tempat mereka.

Tapi kemudian, dia mengurungkan niatnya. Sepertinya, mereka bertiga sedang membicarakan sesuatu, dan kehadirannya hanya akan menginterupsi saja. Diam-diam, Reiner tetap penasaran dengan apa yang sedang dibicarakan. Posisinya terhalang oleh pilar kantin yang besar, jadi kemungkinannya mereka tidak sadar bahwa ada dia di situ.

“Lu kenapa dah bisa suka sama Bertot?” Terdengar suara Connie yang sambil mengunyah makanannya.

“Siapa bilang?” jawab suara Ymir.

“Lah itu pacaran. Gua kirain lu ga demen cowok, heheheh.”

“Siapa bilang gue suka?”

Reiner mengernyitkan alisnya.

“Terus kenapa pacaran sama Bertot, Yum?” tanya suara Sasha.

“Sejak gue tahu Historia bakal pacaran sama si Bagong, gue udah harus siap-siap jadi punya waktu sendirian. Kan garing banget, ya. Gue butuh temen, yang selalu ada kapanpun. Kebetulan ada nih si Bert yang lagi lowong. Dia royal, ga pelit, tiap jajan gue selalu dibayarin. Selalu hadir nemenin gue. Orangnya ga pemarah, jadi kalo tiap gue ada salah langsung beres cuma dengan minta maaf. Enak, dah.”

“Lu… manfaatin dia, dong?” tanya Sasha lagi.

“Ya iya, lah! Udah jelas! Jiwa raga gue selamanya untuk Historia. Ini gue pacaran buat pengalihan aja karena Historia gue udah direnggut sama si Bagong Gorila. Aslinya mah, hadeh, Historia nomor satu.”

Reiner sudah tidak tahan lagi mendengar percakapan ketiga orang itu. Apalagi, Reiner paham betul perasaan Bertholdt yang sebenarnya. Perlahan dia bangkit supaya ketiganya tidak menyadari ada dia yang dari tadi mendengarkan, lalu pindah ke tempat lain.

Padahal, percakapan mereka masih berlanjut.

“Tega banget, lu. Lu ga liat dia sekarang kebucinan sama lu? Kesian, tau.”

“Ck ck, lu salah, Con. Dia itu hatinya juga cuma buat Annie. Dia nerima jadi pacar gue waktu itu karena udah no hope sama Annie.”

“Masa, sih?”

“Iyee.”

“Kalo ternyata dia udah move on ke lu gimana, Yum?”

“Kaga bakal. Udeh, tenang aje. Gue sama Bert aman, lah. Saling memanfaatkan. Kondisi kayak gini udah paling pas dan paling nyaman.”