Mimpi
Gelap. Pengap. Sunyi.
Lapar. Haus. Sakit.
Tubuh yang sudah terlalu lemah itu bahkan tidak sanggup untuk menopang beratnya sendiri. Dia hanya meringkuk dalam kegelapan dan kesunyian. Sesekali terisak, tidak ada air mata yang keluar dari tubuh yang dehidrasi itu.
Dia sedang menanti, tapi tidak yakin dengan apa yang dia nanti.
Menanti untuk dipanggil Yang Maha Kuasa? Atau… menanti seseorang yang akan membukakan pintu lemari itu? Yang mana?
Oh iya ya, ini kan hanya mimpi.
Kejadian yang selalu berulang, berkali-kali. Mimpi yang terasa sangat panjang, di mana dia hanya bisa terbaring meringkuk, merasakan sakit yang nyata di sekujur tubuh dan juga perasaannya.
Hanya menanti, karena sebentar lagi juga terbangun, kok. Ini hanya mimpi.
Sudah biasa.
Tapi, mau sampai kapan?
Berkali-kali terjadi, tapi dia tidak melakukan apapun selain berdiam saja. Menunggu bangun sendiri. Kenapa dia tidak berusaha untuk meminta pertolongan ke luar?
Takut tidak ada yang menjawab, seperti biasanya.
Tapi, apa yang kali ini tidak mau dicoba dulu? Karena mau sampai kapan dia dihantui mimpi buruk tiada akhir ini?
Untuk pertama kalinya, dia mengangkat tubuh lemahnya dengan penuh perjuangan. Rasanya sangat berat dan sakit, tapi kali ini dia sudah bertekad. Dia harus melakukan sesuatu untuk bisa keluar dari situ.
Tangannya memukul pintu sambil berusaha dia serukan permintaan tolong dari dalam.
“Tolong…” Suaranya pelan sekali keluar.
Tapi hal itu tidak bisa lama dia lakukan karena lemah tubuhnya, dan dia kembali jatuh tersungkur.
“Siapapun, tolong…” Dia coba dengan suara sedikit lebih keras.
Haruskah dia kembali berdoa kepada Yang Maha Kuasa? Doanya tidak pernah dikabulkan.
Apa dia tidak pantas ditolong? Apa karena dia sudah jadi anak nakal dan tidak berguna?
Hampir lelah berdoa, tiba-tiba dia teringat dengan sosok seseorang. Seseorang dengan siluet yang tinggi besar. Seseorang, yang bisa saja menyelamatkannya.
Dari dalam dirinya timbul secercah harapan. Berharap Yang Maha Kuasa memberinya pertolongan, lewat seseorang itu.
Dia kembali berdoa, kali ini dengan penuh keyakinan dan harapan.
Lalu, keajaiban terjadi. Walaupun sayup-sayup, tapi dia bisa mendengar seseorang dari luar.
”....ir? Ymir…?”
Namanya dipanggil oleh seseorang itu. Suaranya terdengar maskulin, tetapi di waktu yang bersamaan juga lembut sekali.
Tiba-tiba saja, pintu di depannya seperti sedang dibuka. Bunyi deritan kayu memekakkan telinganya, dan perlahan cahaya yang awalnya membentuk garis vertikal itu jadi semakin besar.
Walau dia tidak bisa melihat dengan jelas dikarenakan begitu menyilaukannya cahaya itu, tapi dia tahu ada sosok yang sedang berdiri di hadapannya. Sosok itu mengulurkan tangannya.
Tanpa ragu, dia menerima uluran tangan tersebut. Tangan yang kekar, dan juga hangat. Hanya dengan tangan itu saja, sudah sangat membuat dia merasa begitu aman.
Ketika matanya sudah semakin terbiasa dengan cahaya dari luar, barulah sosok misterius itu mulai sedikit lebih jelas. Tapi, hal yang diingatnya terlihat hanyalah kedua mata sosok itu yang besar, berselaput pelangi warna hijau muda berkilauan dengan sorot yg menenangkan.