Kencan Pertama
Jujur, ketika membaca chat dari Ymir saat itu, Bertholdt merasa bersemangat. Ymir mengajaknya kencan pertama kali sejak mereka berpacaran. Ditambah, Ymir mengajaknya mengenakan baju dengan tema yang sama, yaitu hoodie berwarna hijau. Kebetulan sekali dia punya. Dia tidak tahu alasannya kenapa harus hoodie hijau, tapi dia tidak terlalu memikirkannya karena yang dia tahu adalah akhirnya mereka akan terlihat seperti pasangan pacaran pada umumnya.
Hari berkencan pun tiba. Bertholdt menjemput Ymir di kosannya. Si gadis keluar dari kamar dengan mengenakan tema pakaian yang sama dengan Bertholdt. Hoodie berwarna hijau.
Oh, jadi gini rasanya couple-an baju sama pacar, pikir Bertholdt bersemangat.
Biarpun status mereka berpacaran, tapi sampai saat ini mereka baru sekedar berpegangan tangan saja. Hanya di kondisi tertentu, seperti ketika menyeberang jalan atau ketika Ymir tidak sengaja terpeleset dan hampir jatuh. Itu pun, buru-buru dilepas oleh Ymir karena katanya risih kalau PDA. Bertholdt tidak mempermasalahkan hal itu. Baginya berpacaran tidak melulu harus bersentuhan fisik. Apalagi, mereka baru mula-mula berpacaran. Lagipula berpegangan tangan dengan Ymir, walau sebentar saja, sudah membuat jantungnya berdegup kencang. Dia sempat digoda Ymir karena ketika dipegang tangannya dingin sekali, seperti mau sidang skripsi.
Kembali ke kejadian sekarang. Mereka berdua pergi ke kebun binatang menggunakan angkutan umum, dan sampai di lokasi sekitar pukul 10 pagi. Karena hari itu adalah akhir pekan, situasi di kebun binatang cukup ramai oleh keluarga-keluarga yang sedang berlibur. Bertholdt dan Ymir berjalan-jalan santai sambil mengobrol ringan. Sesekali celetukan Ymir tentang binatang-binatang di sana membuat Bertholdt tergelak. Namun, Bertholdt menyadari bahwa dari tadi Ymir terlihat sedikit celingukan seperti mencari sesuatu.
“Kamu cari apa, Ymir?”
“...hm? Oh, engga. Engga ada.”
Ymir cengengesan lalu melengos berjalan mendahului pacarnya. Bertholdt sebetulnya penasaran tapi sementara dia biarkan dulu. Sesekali Ymir masih celingukan tapi sudah tidak seperti di awal tadi.
Ketika di kandang jerapah, Ymir bersikukuh bahwa Bertholdt harus foto dengan binatang tersebut karena perawakannya yang sangat tinggi seperti jerapah. Pacarnya cuma pasrah saja karena dia senang bisa melihat Ymir tertawa lebar. Hal yang sama mereka lakukan juga di kandang beruang.
“Ayo foto lagi, Bert! Sekarang lu gaya beruang ngamuk ya kayak gini!” pekik Ymir bersemangat sambil menirukan beruang yang sedang berdiri dan hendak menerkam mangsanya. Dan lagi-lagi, Bertholdt menurut.
“Tadi katanya aku kayak jerapah?”
“Kayak beruang juga! Pokoknya yang gede-gede kayak lu, dahahahah!”
Beberapa saat kemudian tibalah mereka di kandang primata. Ymir kembali terlihat celingukan. Dan kali ini, Bertholdt tidak tahan untuk kembali bertanya.
“Ymir, sebenernya kamu nyariin ap—”
“Ssssstt!”
Tiba-tiba saja Ymir mendiamkan Bertholdt dengan menekan telunjuknya ke bibir si pemuda. Lalu, dia menggandeng lengan Bertholdt dan menariknya ke pojokan, di mana di situ ada banyak tanaman dengan daun-daun hijau yang besar.
“...um, Ymir… Ini kita ngapain?” tanya Bertholdt berbisik, agak nervous karena jarak mereka sangat dekat. Posisi mereka sekarang adalah setengah berpelukan dengan tangan Ymir memegangi kedua lengan Bertholdt supaya dia tidak bergerak ke mana-mana.
Ymir menggamit bagian hoodie dari jaket Bertholdt, lalu dikenakan ke kepala pemuda itu.
“Tenang dulu,” jawabnya singkat sambil mengenakan hoodie miliknya juga.
Pandangan Ymir tertuju ke satu spot di kejauhan, yaitu ke kandang gorila. Ketika Bertholdt mencoba memandang lebih lekat, ternyata yang dilihat Ymir adalah… Historia dan Reiner.
Ymir menarik Bertholdt lebih ke pojokan supaya sosok mereka berdua tidak terlihat pasangan satunya lagi.
“Beberapa hari ini Hisu suka nangis diem-diem waktu mau tidur, tapi ga mau cerita apa-apa. Gue khawatir ni anak lagi berantem sama pacarnya atau gimana. Waktu dia lagi mandi, gue sengaja ngintip chat dia sama si Bagong. Hari ini mereka rencana jalan-jalan ke kebun binatang, mau liat gorila. Makanya gue mau mastiin kalo emang bukan si Bagong yang nyakitin Hisu.”
“Jadi… kamu ajak aku ke kebun binatang supaya bisa ikutin mereka?”
“Iya.”
“Lalu, hoodie ijo ini untuk…”
“Untuk bisa ngumpet di antara pepohonan tanpa ketahuan kalo kita lagi ngintip.”
Pasangan Beauty and the Beast— maksudnya Historia dan Reiner semakin mendekat ke arah mereka. Dengan berhati-hati, Ymir mendengarkan percakapan mereka sambil tetap bersembunyi. Tapi herannya, dia tidak mendengarkan hal-hal yang aneh. Mereka berdua terlihat mesra-mesra saja. Bahkan terdengar bahwa Hisu senang karena kesampaian untuk melihat gorila secara langsung, di mana binatang itu mengingatkannya pada Reiner.
Setelah pasangan itu makin menjauh, akhirnya Ymir bisa bernapas lega. Historia yang dia sayang tidak terlihat sedih ketika bersama Reiner, dan malah terlihat sangat ceria.
Sayangnya, hal itu tidak berlaku pada Bertholdt.
“Bert, udah aman. Syukurlah Hisu keliatan baik-baik aja tadi. Gue udah mau nonjok muka si Bagong kalo sampe Hisu sedih. Bener, ga?” Ymir menoleh ke arah pacarnya untuk mendapatkan respon, tapi si pemuda itu hanya diam saja.
Memang dari tadi pemuda itu hanya diam. Tapi, dia diam karena memendam rasa kecewa. Dipikirnya Ymir mengajak kencan karena memang ingin berkencan dengannya. Tapi ternyata, sosoknya hanya dimanfaatkan.
“Bert?”
“Kenapa harus nyeret-nyeret aku? Kenapa ga kamu aja sendiri yang ikutin mereka?”
“...itu—”
“Apa-apa Historia. Historia ini, Historia itu. Sekarang buat Historia. Nanti buat Historia. Historia segala-galanya.”
Kali ini Ymir yang terdiam. Bertholdt menyibak hoodie miliknya supaya kepalanya kembali terlihat.
“Sampe aku turutin buat pake baju ini. Aku udah seneng karena kita mau couple-an. Biar kayak orang pacaran ceritanya. Tapi taunya, cuma buat nyamar jadi pohon. Aku ngerasa kayak orang bodoh tadi karena udah kegeeran.”
Bertholdt mengatakan itu semua tidak dengan nada tinggi, karena memang secara default dia sulit untuk mengungkapkan kekecewaannya. Biarpun begitu, perkataannya tetap menghujam Ymir.
“Kita pulang aja, ya? Aku udah ga mood mau lanjut jalan-jalan.”
Kali ini Ymir yang menuruti permintaan pacarnya untuk pulang. Lidahnya kelu bahkan untuk sekedar meminta maaf. Sepanjang perjalanan sampai kembali ke kosannya, mereka tidak berbicara sepatah katapun. Bertholdt hanya mengucapkan sampai jumpa kepadanya sebelum berjalan pergi menjauhi kosan Ymir.
Ymir sampai lupa kalau kepalanya sendiri masih tertutup hoodie.