Dekapan

Tidak biasanya Bertholdt dihubungi oleh Historia pada malam selarut itu. Ketika panggilannya diangkat, ternyata dia menanyakan keberadaan Ymir. Pacarnya belum pulang ke kosan, membuat Historia khawatir. Ponselnya sudah berkali-kali dihubungi tapi tidak ada yang menjawab walaupun tersambung. Historia pikir bahwa Ymir sedang bersama Bertholdt, tapi nyatanya tidak.

Bertholdt langsung merasa sangat khawatir. Bila sampai seorang Historia tidak bisa menghubungi Ymir, tandanya memang benar-benar sedang terjadi sesuatu padanya.

Beberapa teman sudah dihubungi Bertholdt, sampai akhirnya giliran Annie yang dihubungi. Informasi yang didapat dari Annie adalah bahwa sepertinya Ymir ada di markas Himapa bersama Hitch, karena beberapa hari sebelumnya Hitch sempat cerita dia dibantu oleh Ymir untuk urusan bironya.

Tanpa berlama-lama Bertholdt langsung menghubungi Hitch.

“Hi, Beruto,” sapa Hitch ketika menerima panggilan dari Bertholdt. “Tumben.”

“Hitch, lagi sama Ymir ga? Hapenya gue hubungin ga diangkat.”

“Ini hapenya lagi di-charge. Walah, mode silent nih, makanya ga bunyi.”

“Pantesan… Sekarang dia lagi di situ?”

“Naah. Tadi sih iya. Tapi sekarang, karena suatu dan lain hal, dia lagi kekunci di dalem gudang Himapa, nih.”

“Kekunci?? Di gudang yang pintunya rusak itu??”

“Iyaa, gue sama Floch udah dari tadi cari-cari kuncinya tapi belum ketemu. Lo tau ga di mana? Atau bisa bantu ke sini mungkin?”

“Oke gue ke sana sekarang.”

“Sip— eh, bentar. Floch, lo denger ga? Itu, suara gedor-gedor. Jangan-jangan itu Ymir? Eh iya asalnya kayak dari gudang!”

“Kenapa, Hitch??”

“Ada suara gedor-gedor dari gudang. Anjir itu Ymir kenapa. Beruto lo cepet dah ke sini.”

Bertholdt segera mengambil jaketnya lalu berlari menuju Gedung Student Center yang memang jaraknya tidak sampai lima menit dari kosannya. Setelah sampai di markas Himapa, dia bergegas menuju ke lokasi gudang yang dimaksud. Sudah ada Hitch dan Floch yang berdiri di depan sana.

“Akhirnya lo sampe! Ini Ymir tiba-tiba ga ada suaranya! Aduh gue takut dia pingsan di dalem!” Wajah Hitch terlihat sangat khawatir.

“Ymir!” panggil si pemuda bongsor sambil mencoba memutar knop dan mendorongnya dengan harapan bisa membuka pintu tersebut. Tapi usahanya gagal. Pintu itu memang benar-benar terkunci. Tidak ada jawaban dari Ymir.

“Udah berapa lama dia kekunci?”

“Sekitar setengah jam-an,” jawab Hitch ke Bertholdt.

Kemudian Bertholdt mendekatkan telinganya ke pintu. Dia bisa mendengar samar suara isakan dari dalam.

“Ymir! Kamu ga apa-apa?! Tunggu aku bukain pintunya, ya!”

“Tapi kuncinya ga ketemu udah dari tadi gue sama Hitch cari—” belum selesai Floch bicara, Bertholdt sudah terlihat siap menendang knop pintu gudang tadi dari luar.

Tidak perlu waktu yang lama bagi Bertholdt untuk benar-benar merusak knop pintu itu. Dengan dua kali tendangan, knop itu terjatuh sangat keras ke lantai, menyisakan lubang pada pintu gudang.

Ketika akhirnya pintu gudang bisa dibuka, Bertholdt menemukan pacarnya duduk meringkuk di sudut gudang.

“Ymir!”

Bertholdt menghampiri sambil berjongkok, memeriksa kondisi si gadis. Tangannya meraih bahu Ymir karena posisi si gadis masih meringkuk memeluk kakinya. Dia seperti belum tersadar bahwa pintu sudah terbuka sebelum merasakan tangan besar Bertholdt mencengkramnya. Tubuhnya masih gemetaran, dan terasa dingin walaupun gudang itu aslinya pengap.

Ketika Ymir mengangkat kepalanya, memperlihatkan wajah pucat pasi dan mata sembab karena air mata, Bertholdt merasa hatinya ikut pilu. Sejak pertama kali mereka saling kenal, baru kali ini dia melihat Ymir setakut sekarang.

Napas si gadis masih tersengal-sengal, tapi tidak lama setelah dia sadar bahwa pintu gudang telah terbuka dan ada Bertholdt di hadapannya, dengan segera dia bangkit mengalungkan tangannya ke leher Bertholdt dan memeluknya erat sampai pemuda itu jatuh terduduk.

Bertholdt membiarkan Ymir terisak sambil menenangkan si gadis dengan mengusap-usap lembut punggungnya. Bertholdt tidak mengerti apa yang terjadi pada Ymir, tapi dia tahu bahwa percuma mengharapkan Ymir bercerita dengan kondisi seperti ini. Karenanya, dengan tulus Bertholdt meminjamkan dekapannya sampai si gadis benar-benar tenang.