Alasan Si Bucin
Akhirnya, Bertholdt bertemu dengan Reiner di lobi gedung pada jam delapan kurang sedikit. Malah Reiner yang datangnya mepet dari waktu janji. Kemudian, mereka bergegas menuju lantai 3, di mana lantai itu merupakan lokasi markas utama dari Himapa. Di sana mereka sudah membuat janji dengan seorang anggota Himapa lain, yaitu Marco. Marco lah yang akan membantu mereka untuk bisa menjadi anggota Himapa juga.
Mereka bertiga mengobrol sejenak di ruang tunggu. Bertholdt bersemangat menanyakan beberapa pertanyaan kepada Marco, dan bahkan lebih semangat melebihi Reiner.
“Perasaan kemarin lu ogah-ogahan deh masuk Himapa.”
Reiner berkomentar ketika Marco masuk ke dalam ruangan sejenak meninggalkan mereka berdua. Si yang paling bongsor menoleh lalu setengah berbisik.
“Ada Annie.”
“Pantes.”
“Lu sendiri kenapa mau masuk sini? Bukannya lu kurang suka berorganisasi?”
Belum sempat Reiner menjawab, Marco sudah kembali dari dalam ruangan dan mengajak mereka berdua untuk masuk. Ruangan utama Himapa tergolong cukup besar dengan beberapa ruangan lagi di dalamnya. Di bagian tengah terdapat meja besar dan panjang untuk para anggota melakukan pertemuan.
Marco meminta mereka untuk masuk ke sebuah ruangan di sana. Namun baru saja Bertholdt dan Reiner beranjak dari kursi menuju ruangan tersebut, pintu masuk utama terbuka dan dari sana masuklah segerombolan pemuda dan pemudi ke dalam markas Himapa.
“Itu dia mereka. Para Pengurus Inti,” kata Marco kepada mereka berdua.
Memang tidak bisa dipungkiri, aura mereka berbeda dengan mahasiswa-mahasiswa lainnya. Tiga di antaranya yang paling populer yaitu si cantik Mikasa, sahabat Annie di satu jurusannya, yang menjabat sebagai Sekretaris Umum. Kemudian pemuda yang berdiri paling depan, dan juga merupakan Ketua Umum dari Himapa, yaitu si pirang super pintar, Armin. Di belakangnya ada Eren, si tampan ber-manbun yang menjabat sebagai Wakil Ketua.
Tapi ternyata, bukan para Pengurus Inti-lah yang akan menemui Reiner dan Bertholdt, seperti yang sudah mereka perkirakan sebelumnya. Mereka hanya berlalu sambil tersenyum dan menyapa para anggota sebelum menuju ke ruangan lain.
Bertholdt memperhatikan bahwa dari tadi Reiner tidak melepaskan pandangannya kepada salah satu dari Pengurus Inti tadi.
“Jodohku…”
Bisikan Reiner membuat Bertholdt tertawa sambil menggelengkan kepalanya. Orang yang Reiner maksud tadi adalah gadis pirang bertubuh mungil dan berwajah sangat imut.
“Oh, jadi dia alesan lu mau ikut Himapa? Historia si Bendahara Umum?”
“Anjir kok lu tau dia sih?”
“Siapa manusia di bumi kampus ini yang ga kenal sama dia? Dia kan primadona kampus, Rei.”
“Lu liat, kan? Dia adalah gadis paling imut yang pernah gue liat seumur hidup gue. Fix ini mah calon istri gue.”
“Ah, elah. Ternyata alesannya karena cewek…”
“Historia… Namanya aja cantik…”
Percuma mengajak ngobrol sahabat karibnya sekarang.
Lalu tiba-tiba, gadis mungil itu membalikkan tubuhnya ke belakang, seperti melihat ke arah Reiner dan Bertholdt, dan tersenyum sambil melambaikan tangan.
“Bro! BRO! Liat! Dia dadah-dadah ke kita!”
Tidak percaya, Reiner ikut melambaikan tangannya dengan semangat sebelum dia mendengar Historia berseru.
“YMIIIR!”
Tiba-tiba lewatlah seorang gadis bermata sipit tepat di antara Reiner dan Bertholdt dengan sedikit mendorong tubuh mereka ke samping.
“Misi, Bang,” ujar gadis itu sambil tersenyum sinis ke mereka berdua, lalu dia berjalan ke arah Historia. Si gadis mungil berlari ke arahnya lalu memeluknya.
“Anjing, gue jealous,” Reiner menggerutu ke Bertholdt yang masih sedikit terkejut tubuh bongsornya sempat didorong oleh gadis sipit tadi. Kuat juga dia.
Si gadis sipit merubah senyumnya dari sinis menjadi tulus ketika berhadapan langsung dengan Historia.
“Kamu ke mana aja, siiih?”
“Maaf ya, Historia sayang. Gue nyelesein tugasnya Pak Shadis dulu tadi bareng Mina, makanya agak telat ke sini.”
“Yaudah ayo kita masuk dan mulai rapat!”
Reiner sedikit kecewa melihat gadis pujaannya masuk ke ruangan lain dan menghilang dari pandangannya. Sedangkan Bertholdt baru menyadari ternyata gadis sipit itu adalah gadis yang telah menabraknya tadi.
Jadi, nama gadis itu adalah Ymir. Bertholdt menganggap gadis itu walau terlihat galak tapi manis ketika tersenyum.